wartaperang - Ketika kapal perang AS menuju Laut Hitam melalui Selat Dardanelles - menurut media Turki - perang kata-kata antara NATO dengan Rusia telah semakin intensif.

Sekretaris Jenderal Anders Fogh Rasmussen, pada kunjungan ke Praha, menuduh Rusia mengobarkan ketegangan etnis di Ukraina timur dan mengatakan bahwa situasi Ukraina tergantung dari Moskow untuk deescalate situasi.

"Ketika saya berbicara, sekitar 40.000 tentara Rusia yang berkumpul di sepanjang perbatasan Ukraina - tidak dalam pelatihan tapi siap tempur" katanya dalam konferensi pers.

"Jika Rusia serius tentang dialog, langkah pertama harus menarik kembali pasukannya".

Rasmussen menekankan bahwa aliansi itu tidak membahas opsi militer, dan jalan ke depan adalah melalui diplomasi.

Namun dia memperingatkan bahwa setiap tindakan militer lebih lanjut oleh Rusia akan mengakibatkan konsekuensi serius dan sanksi ekonomi yang parah.

Di tengah situasi yang semakin tegang dengan gaya Perang Dingin atas aneksasi Rusia dari Krimea, kementerian luar negeri di Moskow telah memukul balik.

Klaim NATO menggunakan krisis untuk meningkatkan daya tarik bagi anggota dan untuk membenarkan eksistensinya dengan mengumpulkan tentara mereka terhadap ancaman imajiner, demikian menurut Moskow.

Kementerian itu mengatakan pernyataan Rasmussen yang konfrontatif dan bahwa dalam beberapa bulan terakhir ia tidak menawarkan "agenda konstruktif" untuk Ukraina, menambahkan pula bahwa pernyataan Rasmunsen menambah ketidakstabilan di wilayah tersebut.

Disisi lain, Putin juga memberikan ultimatum bila Perusahaan Gas Moskow akan menghentikan suply gasnya ke 18 negara eropa bila mereka tidak segera menyelesaikan hutang atas pembayaran suply gas sebelumnya.

Keadaan Ukraina semakin menegagng setelah Turki memberikan ijin kepada kapal perang AS USS Donald Cook, perusak yang dilengkapi dengan sistem pertahanan rudal Aegis untuk menyeberang melalui Bosphorus dan memasuki Laut Hitam, dimana Rusia mengklaim bahwa NATO melakukan perakitan armada perang di wilayah tersebut.

Sumber: EN dan reuters

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top